My life is for my God (ALLAH)

KNOWING WHO OURSELF

OBEDIENCE

Kamis, 30 April 2009

Jealously

BY Nurhasnah S.S

Dari dulu sampai sekarang kebencian, kedengkian dan kecemburuan sosial pada seseorang sudah mendarah daging di dalam tubuh manusia. Sifat benci, iri dan dengki itu telah tertanam semenjak iblis bersumpah pada Allah akan menganggu manusia sampai pada suatu hari dimana dunia akan dihancurkan. Iblis mencari pengikutnya dengan cara membisikkan hal-hal yang bisa menimbulkan rasa benci, iri dan dengki kepada sesama umat manusia.

Terkadang perasaan benci, iri dan dengki itu muncul bukan dari dalam diri kita sendiri, akan tetapi muncul dari orang lain yang tidak senang dengan kita. Dikala kita dekat dengan seseorang yang kedekatan itu terjalin dengan baik seperti atasan dan bawahan, guru dengan siswa, presiden dan rakyatnya dan antara ibu dan anak-anaknya?. Pada prinsipnya atasan itu adalah orang yang baik dan memperhatikan bawahannya. Nah kebaikan yang dilakukan seorang atasan itu akan menutup kemungkinan seorang atasan dibenci oleh bawahannya.

Adakalanya kebaikan yang dilakukan oleh seorang atasan pada sebuah instansi disalah gunakan oleh orang kepercayaannya sendiri.

Selidik punya selidik yang banyak melakukan kecurangan dalam suatu instansi atau institusi bahkan kepemimpinan adalah orang-orang yang berada di bawahnya atau sering kita sebut tangan kananya(orang kepercayaannya). Dalam pengambilan keputusan atasan suatu instansi menetapkan suatu kebijakan dalam pengambilan keputusan, tetapi amatlah disayangkan terkadang atasan tidak tahu menahu dengan hasil dari kebijakan yang di putuskan tersebut, dikarenakan dia sudah menitahkan dan menganggap orang kepercayaannya bisa melakukan tugas dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Masih ingatkah kita jatuhnya Sukarno dikarenakan oleh orang kepercayaannya sendiri?. Orang tersebut adalah orang yang pada saat itu diamanahkan untuk mengamankan situasi pemerintahan yang lagi tidak kondusif dikarenakan kondisi Sukarno tidak memungkinkan untuk memerintah pada saat itu.

Hal itu terjadi dan dialami oleh seorang perempuan yang selama ini memperjuangkan aspirasi kaumnya(perempuan) dan mencoba untuk memberikan kesempatan pada masyarakat di sekitar tempat tinggalya untuk menikmati sedikit dari apa yang di miliki. Sebut saja namanya (Yohanna). Yohana adalah seorang pemilik instansi terkemuka dan cukup terkenal di kota Padang. Masyarakat mengenal Yohanna bukan hanya sebatas pemilik instansi tapi Yohanna dikenal karena dia banyak berkiprah dalam berbagai organisasi sosial dan organisasi pendidikan. Semua ini dilakukan untuk memajukan masyarakat dimana tempat ia berdomisili. Yohanna melakukan semua ini karena dia tidak ingin melihat orang disekitarnya tertinggal dan termarginalkan dalam pendidikan bahkan dalam masalah perekenomian. Kepedulian Yohanna merupak wujud dari misi organisasi yang pernah dia ikuti dan pernah menempa Yohanna

Organisasi yang pernah menempa mental dan memproses Yohanna adalah HMI, bahkan dia masih berproses hingga kini. Yohanna tak pernah meninggalkan organisasi ini sesibuk apapun dia. Proses ini sangat dinikmati oleh Yohanna karena proses yang didapati ini merupakan kepuasan yang sebenarnya yang menyebabkan Yohanna memiliki mental yang tangguh dan menjadikan dia dikenal oleh banyak kalangan. Dalam hidup dan kehidupan, terkadang hasil yang kita peroleh bukanlah kepuasan yang hakiki akan tetapi proses yang kita alami dan jalankan itulah kepuasan yang Hakiki, sebagaimana ungkapan Mahatma Ghandi”Kepuasan yang Hakiki Bukanlah Hasil dari Apa yang kita Dapatkan akan Tetapi Proses bagaimana Cara kita Memperoleh Hasil Tersebut”

Kepuasan Yohanna adalah ketika dia berhasil mendirikan PAUD dan menjadikan PAUD tersebut sebagai PAUD percontohan di Sumbar bahkan sumatra. Tujuan Yohanna mendirikan PAUD adalah untuk memajukan Pendidikan anak yang kurang mampu dan bertujuan juga untuk membantu perekonomian masyarakat yang kurang mampu yang tinggal di dekat rumahnya.

Faktor pendidikan dan perekonomian inilah yang memotifasi Yohanna untuk berjuang dan bangkit. Yohanna tidak hanya memperjuangkan pendidikan pada kalangan menengah kebawah saja, akan tetapi dia juga memperjuangkan pendidikan masyarakat kelas atas yaitu masyarakat borjuis yang terbiasa dengan kehidupan Hedonis. Kebanyakan orang Borjuis mengaggap pendidikan itu tidaklah penting. Yang terpenting bagi mereka adalah uang????? karena dengan uang mereka bisa membeli pendidikan. Pendidikan tidak hanya sebatas pendidikan intelektual saja, akan terkait dengan emosional dan spritual. Pendidikan emosi tidak diperoleh pada bangku perkuliahan atau pada pendidikan formal akan tetapi didapat dari bagaimana seseorang bergaul dengan banyak kalangan dan masyarakat yang notabenenya berasal dari culture yang berbeda-beda.

Salah satu usaha Yohanna adalah mendirikan sebuah Yayasan pendidikan tingkat dasar yang mana cukup banyak merekrut karyawan. Tahun awal berdirinya Yayasan ini kesejahteraan para karyawan sangatlah terperhatikan oleh Yohanna karena dia terlibat langsung dalam pengelolaan Yayasan ini. Hari demi hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun hingga Usia Yayasan ini genap 7 tahun semuanya termarginalkan dan terabaikan dikarenakan Yohanna banyak mengurus organisasi masyarakat lain dan dia memberi kewenangan untuk mengurus kelancaran Yayasan ini pada orang kepercayaannya dan Yohanna hanya memonitor dari jarak jauh saja dalam artian Yohanna hanya memantau dari hasil laporan saja. Kongkritnya Yohanna tidak tahu kondisi real yang dialami Yayasan yang di pimpinnya. Masalah yang sangat crucial adalah masalah yang dialami oleh tulang punggung(orang yang menyebkan) berjalan tidaknya,dan yang menyebabkan maju mundurnya Yayasan ini (Teachers). Masalah ini tidak lepas dari masalah financial para teachers dan proses belajar mengajar . Teachers sering mengalami keterlambatan penerimaan ”salary” dan mengalami keterhambatan dalam penyampaian materi ajar dikarenakan kondisi yang tidak kondusif dan masih banyak lagi yang lain.

Yayasan yang dipimpin Yohanna pada prinsipnya sudah bagus bahkan lebih bagus dari Yayasan yang udah ada di Kota Padang. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana Yohanna membina Karyawannya, dia memberi kebebasan pada karyawannya untuk berfikiran kreatif dan lebih inofatif. Yohanna tidak mendikte karyawannya dengan apa yang dia mau justru dia memberikan peluang seluas-luasnya untuk mengunakan fasilitas yang dia punya selagi itu beguna untuk kemaslahatan, sebagaimana misi yang Yohanna dapat dan yang ingin Yohanna capai yaitu ”misi Keummatan dan misi kenbangsaaan” ini semua relevan sekali dengan misi HMI yang merupakan organisasi yang memotifasi Yohanna untuk melakukan banyak hal.

Dalam pandangan masyarakat elit, Yohanna adalah orang yang sangat bonafit dan memegang prinsip ”Britain Rules the Wave, sekali layar terkembang pantang untuk mundur kembali” dan sangat dermawan dan mempunyai jiwa sosial yang tinggi ” personalnya memang begitu adanya” Semuanya tertutupi oleh orang yang tak bertanggung jawab. Ibarat pepatah mengatakan ”Orang yang Makan Cempedak Kita yang Kena Getahnya”

1 komentar:

Nurhasnah ss mengatakan...

lanjutkan tulisannya