Tanah Yang hilang
By Nurhasnah
30 september tepat pukul 17:16 kota Padang yang saat itu masih merasakan euforia Idul Fitri, di kejutkan oleh gempa yang berkekuatan 7,6 SR. Dalam waktu sekejab mata kota nan indah dan penuh kedamain yang mana masyarakatnya cukup beradab dan taad beribadat meskipun ada juga sebagian masyarakatnya banyak berbuat maksiat di tepi barat. Gempa datang tiba-tiba tanpa memberi aba-aba telah meluluh lantakkan infrastruktur kota padang termasuk juga Padang pariaman dan Kabupaten Agam. Beberapa menit kemudian kota Padang di kejutkan juaga oleh kebakaran dimana-mana, kebakaran diperkirakan berasal dari gesekan kabel akibat gempa yang terjadi sore itu. Masyarakat Padang yang masih belum terbiasa menghadapi gejala alam itu panic berhamburan keluar rumah bagi yang berada di rumah dan berhaburan keluar kantor bagi yang masih lembur di kantor masing-masing. Masyraakat tidak hanya keluar dari rumah bahkan mereka pergi meninggalkan rumah mereka karena mereka panic mendengar isu tsunami yang isu tersebut disebarkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Air naik…air naik itu yang di dengar oleh masyaraka yang berada di pinggir laut, sebenarnya bukan air laut yang naik akan tetapi pipa PDAM yang bocor diakibatkan gempa tadi sore.
Saya yang berada di by pass saat gempa itu tepatnya di rumah salah seorang siswa saya dengan maksut silaturrahmi dalam rangka bulan syawal . saya dan anak-anak bermain- di pendopo belakang rumahnya. Tak lama kami duduk diatas pendopo salah seorang siswa saya ngomong teacher gempa!.....”ya gempa…. Jangan lari dulu ke bawah “cari posis aman dulu” yang nama nya anak-anak masih tetap ngoceh teacher makin kuat bagaiman ini?Tunggu dulu kalau kaleng cat udah jatuh semua baru turun kalau tidak kamu akan tertimpa cat, suyukurlah mereka mau mendengarkan ucapan saya. Setelah mereka turun ke bawah saya masih diatas ternyata gempa makin lama makin kuat dan anak-anak berteriak dengan ketakutan sekali, tragisnya lagi pintu lewat rumah sudah tertutup karena dinding dapur sudah amruk dan yang membuat anak panic adalah kami terjebak di belakang karena jalan sudah tidak ada lagi. Satu-satunya jalan adalah terali yang terkunci. Saya tidak kuat mendengar teriakan anak-anak, saya nekat mau manjat saja untuk mengeluarkan anak-anak, untunglah pegawai papanya tanggap membuka pintu dengan , untung dan Alhamdulillah sekali kunci selalu dibawa oleh om ipung yang biasa mereka panggil.
Setelah gempa reda saya menenangkan anak-anak dan tak lama kemudian waktu magrib masuk saya melaksanakan solat magrib di rumah sebelah dikarenakan rumah siswa saya amruk tidak bisa di tempati sama sekali. Bangunan yang besar dan megah dalam waktu 5 menit hancur. Alhamdulillah wasyukurillah papa siswa saya orangnya taat dan mukhisin dia dengan sabar mengahapi kejadian tersebut. Dia berucap pada anaknya biarlah rumah hancur yang penting kalian selamat Alhamdulillah ucap bapak itu yang pada waktu itu sedang berpuasa syawal.
Lain halnya saya, saya adalah anak kos yang ngontrak rumah bersama dengan kawan-kawan yang berasal dari daerah yang berbeda-beda. Saya yakin bahwa kosan saya tidak ambruk, entah mengapa saya yakin saja kalau kosan saya aman-aman saja dan kawan kawan kos juga aman dan tidak akan meninggalkan kosan kami. Feeling itu benar setelah solat isya kira-kira jam 09:00 saya kembali ke kos dimana orang-orang pada berlarian ke arah kami by pass yang katanya aman dari tsunami. Di saat saya mau ke kosan, saya dilarang bunda yang merupakan orang tua siswa saya. Kita disni saja teacher, teacher mau kemana orang –orang saja pada ke sini, tidak Bunda saya harus ke kos karena bertanggung jawab terhadap kos dan kawan-kawan kos apapun yang terjadi di kos saya akan tetap ke sana. “Bunda begini saja kalau saya tidak kembali ke sini itu artinya kosan saya aman dan saya harus mendampingi kawan-kawan di kos. Disepanjang jalan saya tanyakan ke penduduk yang entah darimana mereka , “Ibu dari mana?dari….. apa Ibu lewat Lubuk Lintah?..... ya saya lewat sana bagaimana disana keadaana sana? “hancur dan ada yang terbakar” mendengar keterangan itu saya semakin berkeinginan untuk cepat sampai di kos. Sesampainya di di jembatan ya Allah, macet sekali jangankan motor orang saja tidak bisa lewat. Saya tidak mau terjebak macet , saya coba menyelinap diantara motor-motor yang lagi antri. Untunglah saya pake rok yang bisa melindungi saya dari knalpot motor walau akhirnya rok itu saya angkat agar saya bisa meloncat dan memanjat supaya lebih cepat sampai. Sesampainya di Kalawi perasaan saya mulai agak tenang karena masih banyak penduduk yang masih berada di rumah mereka masing-masing.
Kira-kira jam 11:15 saya sampai di kos, ternyata kawan-kawan kos saya pada ngumpul di kosan depan dengan paniknya. Saya bertanya”bagaimana kawan-kawan ada yang terluka?” tidak Cak, Alhamdulillah aman, saya Tanya lagi, ada semua? Tidak Cak mereka ada yang k e Payakumbuh. Saya tanya apa sudah makan? Sudah Cak, mak Yen membera kani makan. Mak yen adalah tante dari ibu kos kami. Syukurlah, ini ada minuman dan makanan sedikit untuk kalian. Kemana Cak? Kata mereka serentak . saya di By Pass waktu kejadian. Setelah itu saya pergi ke belakang, Cak jangan ke belakang kata Linda? Dak apa Cak cuma ngecek kosan. Alhamdulillah kosan tempat kami bernaung masih bisa di tempati kalau tidak entah dimana kami, lagian karena malam itu hujan deras sekali. Kawan- kawan tidur di kosan depan tapi saya tidur di belakang karena saya yakin pasti para orang tua akan cari anak-nya ke kos. Memang benar malam semakin larut jam 01:15 dini hari ada yang cari saudaranya, jawabanku adalah mereka aman di depan. Dalam berbaring saya memikirkan Ya Allah saya dan kawan-kawan masih bisa tidur di teras kos tapi bagaimana dengan mereka yang tidur diluar yang mereka belum punya tenda, pastilah mereka ke hujanan.
Keesokan harinya saya dan kawan-kawan berkemas membersihkan kos. Saya pesan sama kawan-kawan jangan ada yang panic dan pengen pulang, karena kondisi tidak aman tunggu dulu kondisi stabil dan informasi jelas, mana tau orang tua kamu kesini sementara kamu semua sudah tidak di kos lagi pula jalan putus nanti kamu semua terlunta di jalan dan kelaparan tolong di pertimbangkan…..setelah aman dan kawan-kawan sudah pada pulang saya pergi ke tabing ngecek saudara yang di sana Alhamdulijllah aman dan saya nginap sambil cari infomasi kawan-kawan kuliah yang lain. Sebelum itu saya ngecek sekolah dan kawan-kawan sama mengajar dengan saya aman. Mungkin karena kecapean saya k o dan recovery dulu
GETTING HAPPINESS
14 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar